Teori Antrian
Antrian yang panjang dapat
dilihat di
pom bensin motor-motor berjejer begitu panjang untuk mengisi bahan bakar, di klinik saat pasien mengantri untuk mendapatkan
pelayanan, di airport saat para calon penumpang melakukan check-in, di hypermarket saat para pembeli antri untuk melakukan pembayaran, di
bank saat nasabah mengantri di teller
untuk melakukan transaksi dan masih banyak contoh lainnya. Sektor jasa, bagi sebagian orang antri merupakan hal yang membosankan
dan sebagai akibatnya terlalu lama antri, akan menyebabkan pelanggan kabur. Hal
ini merupakan kerugian bagi organisasi tersebut
(Siagian, 1987).
Antrian yang panjang sering kali kita temukan di
pom bensin motor-motor berjejer begitu panjang untuk mengisi bahan bakar, di klinik saat pasien mengantri untuk mendapatkan
pelayanan, di airport saat para calon penumpang melakukan check-in, di hypermarket saat para pembeli antri untuk melakukan pembayaran, di
bank saat nasabah mengantri di teller
untuk melakukan transaksi dan masih banyak contoh lainnya. Hal ini dapat
menyebabkan konsumen berhenti untuk mengantri atau bahkan dapat meninggalkan
sistem sehingga dapat mengakibatkan kehilangan konsumen atau kerugian bagi
perusahaan (Subagyo, 2004).
Teori tentang antrian diketemukan dan dikembangkan oleh A. K. Erlang,
seorang insinyur dari Denmark yang bekerja pada perusahaan telepon di
Kopenhagen pada tahun 1910. Erlang melakukan eksperimen tentang fluktuasi
permintaan fasilitas telepon yang berhubungan dengan automatic dialing
equipment, yaitu peralatan penyambungan
telepon secara otomatis. Waktu-waktu yang sibuk operator sangat kewalahan untuk
melayani para penelepon secepatnya, sehingga para penelepon harus antri
menunggu giliran, mungkin cukup lama. Persoalan aslinya Erlang hanya
memperlakukan perhitungan keterlambatan (delay)
dari seorang operator, kemudian pada tahun 1917 penelitian dilanjutkan untuk
menghitung kesibukan beberapa operator. Erlang dalam periode ini menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul Solution of some problems in the theory of
probabilities of significance in Automatic Telephone Exhange. Baru setelah
perang dunia kedua, hasil penelitian Erlang diperluas penggunaannya antara lain
dalam teori antrian. Antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan)
yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan)
(Siagian, 1987).
1. Sistem Antrian
Sistem antrian adalah kedatangan pelanggan untuk
mendapatkan pelayanan, menunggu untuk dilayani jika fasilitas pelayanan (server) masih sibuk, mendapatkan
pelayanan dan kemudian meninggalkan sistem setelah dilayani. Umumnya, sistem antrian dapat diklasifikasikan menjadi
sistem yang berbeda-beda di mana teori antrian dan simulasi sering diterapkan
secara luas. Klasifikasi adalah sebagai berikut (Subagyo,2004):
a. Sistem pelayanan komersial.
Sistem pelayanan
komersial merupakan aplikasi yang sangat luas dari model model antrian, seperti
restoran, kafetaria, toko-toko, salon, butik, supermarket, dan sebagainya.
b. Sistem pelayanan bisnis-industri
Sistem pelayanan bisnis-industri mencakup sistem
produksi, sistem material, handling,
sistem pergudangan, dan sistem-sistem informasi komputer.
c. Sistem pelayanan transportasi
d. Sistem pelayanan sosial
Sistem pelayanan
sosial merupakan sistem-sistem pelayanan yang dikelola oleh kantor-kantor dan perusahaan-perusahan
lokal maupun nasional, seperti kantor registrasi SIM dan STNK, kantor pos,
rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain (Subagyo, 2004).
Sistem antrian terdapat beberapa komponen dasar.
Komponen proses antrian antara
lain adalah:
1.
Kedatangan
Setiap masalah antrian melibatkan kedatangan, misalnya
orang, mobil, panggilan telepon untuk dilayani, dan lain-lain. Unsur ini sering
dinamakan proses input. Proses input meliputi sumber kedatangan atau
biasa dinamakan calling population, dan cara terjadinya
kedatangan yang umumnya merupakan variabel acak. Karakteristik dari populasi
yang akan dilayani dapat dilihat menurut ukurannya, pola kedatangan, serta
perilaku dari populasi yang akan dilayani. Ukurannya, populasi yang dilayani bisa terbatas dan tidak
terbatas. pola kedatangan bisa teratur, dapat pula bersifat acak atau random. Variabel acak adalah suatu variabel yang nilainya bisa
berapa saja sebagai hasil dari percobaan acak. Variabel acak dapat berupa
diskrit atau kontinu. Variabel acak hanya dimungkinkan memiliki beberapa nilai
saja, maka ia merupakan variabel acak diskrit, sebaliknya bila nilainya
dimungkinkan bervariasi pada rentang tertentu, ia dikenal sebagai variabel acak
kontinu.
2. Pelayanan
Pelayanan atau mekanisme pelayanan dapat terdiri dari
satu atau lebih pelayan, atau satu atau lebih fasilitas pelayanan. Tiap-tiap
fasilitas pelayanan kadang kadang disebut sebagai saluran (channel). Jalan tol contohnya, dapat memiliki
beberapa pintu tol. Mekanisme pelayanan dapat hanya terdiri dari satu pelayan
dalam satu fasilitas pelayanan yang ditemui pada loket seperti pada penjualan tiket
di gedung bioskop. Mekanisme pelayanan ini ada 3 aspek yang harus
diperhatikan yaitu:
a. Tersedianya pelayanan
Mekanisme pelayanan tidak selalu tersedia untuk setiap
saat misalnya dalam pertunjukan bioskop, loket penjualan karcis. Hanya dibuka pada waktu tertentu antara satu pertunjukan
dengan pertunjukan berikutnya, sehingga saat loket ditutup mekanisme pelayanan
terrhenti dan petugas beristirahat.
b. Kapasitas pelayanan
Kapasitas dari mekanisme pelayanan diukur berdasarkan
jumlah pelanggan yang tidak dapat dilayani secara bersama-sama. Kapasitas
pelayan yang tidak selalu sama untuk setiap saat, ada yang tetap, tapi ada juga
yang berubah-ubah. Fasilitas pelayanan dapat memiliki satu atau lebih
saluran. Fasilitas yang mempunyai satu saluran disebut saluran tunggal atau
sistem pelayanan tunggal dan fasilitas yang mempunyai lebih dari satu saluran
disebut saluran ganda atau pelayanan ganda.
c. Lama pelayanan
Lama pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani
seseorang langganan atau satu satuan. Ini harus dinyatakan secara pasti. Oleh
karena itu, waktu pelayanan boleh tetap dari waktu ke waktu untuk semua
langgannan atau boleh juga berupa variabel acak.
Umumnya dan untuk keperluan analisis, waktu pelayanan dianggap
sebagai varriabel acak yang terpancar secara bebas dan sama tidak tergantung
pada waktu pertibaan.
3. Antrian
Timbulnya antrian terutama tergantung dari sifat kedatangan
dan proses pelayanan. Tak ada antrian berarti terdapat pelayan yang menganggur
atau kelebihan fasilitas pelayanan (Mulyono, 1991).
Disiplin Antrian
Menurut Thomas J. Kakiay disiplin antrian adalah aturan di mana para
pelanggan dilayani, atau disiplin pelayanan (service discipline) yang memuat urutan (order) para pelanggan menerima
layanan. Empat bentuk bentuk disiplin antrian menurut urutan kedatangan
antara lain adalah (Supranto,1987):
1.
First Come First Served (FCFS) atau First
In First Out (FIFO), di mana pelanggan yang terlebih dahulu datang akan dilayani
terlebih dahulu. Antrian contohnya pada loket
pembelian tiket bioskop, antrian pada loket pembelian tiket kereta api.
2.
Last Come First Served (LCFS) atau Last
In First Out (LIFO), dimana pelanggan yang datang paling akhir akan
dilayani terlebih dahulu. Sistem antrian contohnya pada elevator untuk lanti yang sama, sistem bongkar muat
barang dalam truk, pasien dalam kondisi kritis, walaupun datang paling akhir
tetapi dia akan dilayani terlebih dahulu.
3.
Service In Random Order (SIRO) atau Random
Selection for Service (RSS), dimana panggilan didasarkan pada peluang
secara random, jadi tidak menjadi permasalahan siapa yang lebih dahulu datang. Arisan contohnya dimana penarikan
berdasarkan nomor undian.
4.
Priority Service (PS), dimana prioritas pelayanan diberikan kepada
pelanggan yang mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan
yang mempunyai prioritas yang lebih rendah, meskipun mungkin yang dahulu tiba
di garis tunggu adalah yang terakhir datang. Hal ini mungkin disebabkan oleh
beberapa hal, misalnya seseorang yang memiliki penyakit yang lebih berat
dibandingkan orang lain pada suatu tempat praktek dokter, hubungan kekerabatan
pelayan dan pelanggan potensial akan dilayani terlebih dahulu.
Struktur Antrian
Empat
model struktur antrian dasar yang umum. Keempat model tersebut adalah
(Subagyo, 2004):
1.
Single
channel–single phase
Single Channel
berarti hanya ada satu jalur yang memasuki sistem pelayanan atau ada satu
fasilitas pelayanan. Single Phase
berarti hanya ada satu pelayan.
Gambar 2.2 Model Single Channel – Single Phase |
2.
Single
channel–multi phase
Istilah
multi Phase menunjukkan ada dua atau
lebih pelayanan yang dilaksanakan secara beruntun (dalam phase-phase). Pencucian mobil sebagai contohnya.
Gambar 2.3 Model Single Channel – Multi Phase |
3.
Multi
channel–single phase
Sistem Multi Channel – Single Phase terjadi
kapan saja dimana ada dua atau lebih fasilitas pelayanan dialiri oleh antrian
tunggal. Model ini contohnya adalah antrian pada teller sebuah bank.
Gambar 2.4 Model Multi Channel – Single Phase |
4.
Multi
channel–multi phase
Sistem
multi channel–multi phase contohnya adalah
pelayanan kepada pasien dirumah sakit mulai dari pendaftaran, diagnosa,
penyembuhan sampai pembayaran. Setiap sistem-sistem ini mempunyai beberapa
fasilitas pelayanan pada setiap tahap.
Gambar 2.5 Model Multi Channel – Multi Phase |
DAFTAR
PUSTAKA
Mulyono, Sri. 1991. Riset Operasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Siagian, P. 1987. Penelitian Operasional: Teori dan Praktek. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Subagyo, Pangestu. 2004. Dasar-dasar operation Reserch. Yogyakarta: BFFE UGM
Supranto, J. 1987. Riset Operasi: Untuk
Pengambilan Keputusan. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
| |||
Teori Antrian Literasi dan Studi Kasus
Reviewed by Erian Sutantio
on
June 06, 2020
Rating:
No comments: